Menek Kelih

Segera setelah seorang anak laki-laki mengalami mimpi basah dan seorang anak perempuan mengalami menstruasi pertama kali, upacara Mênek Kêlih dipersiapkan. Nama lain dari upacara ini adalah Ngeraja Singha untuk anak laki-laki dan Ngeraja Sewala untuk anak perempuan. Biasanya upacara ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana.

Bagi sebagian orang, upacara Mênek Kêlih tidak bersifat wajib. Itulah sebabnya sejumlah remaja Bali tidak pernah melaksanakan upacara ini meskipun sudah memasuki masa pubertas. Mênek Kêlih tidak sepenting Metatah atau Wiwaha, namun memiliki makna bahwa seorang anak telah mengalami perubahan fisik dan mental. Oleh karena itu, mereka memerlukan proses pendidikan dan pembinaan khusus.

Untuk informasi selengkapnya terkait pelaksanaan upacara Menek Kelih ini, silahkan untuk klik logo WhatsApp di pojok kanan.


As soon as a boy experiences nocturnal emission and a girl menstruates for the first time, a Mênek Kêlih ritual is prepared. Another name for this ceremony is Ngeraja Singha for boys and Ngeraja Sewala for girls. It is usually conducted in a very simple way. For some people, Menek Kelih ritual is not compulsory. That is why a number of Balinese teenagers never have this ceremony even though they have entered puberty. Menek Kelih is not as essential as Metatah or Wiwaha, but it has a meaning that a child has experienced physical and mental changes. Therefore, they need distinctive educational and scaffolding process.

To have more detail information regarding this ceremony, please click the WhatsApp logo in the right corner of this page.

You might also enjoy

Mebayuh

Mebayuh adalah salah satu upacara manusa yadnya, di mana dalam

Otonan

Otonan adalah sebuah upacara (ulang tahun secara ritual) yang dilakukan